Project Dropping Water Wonogiri

21.00


Salah satu bencana hidrometeorologi yang terjadi di Indonesia pada bulan November 2017 adalah bencana banjir di kabupaten Wonogiri. Statistic Assistance Center (SAC) Fakultas Psikologi Ubaya melalui Divisi Disaster Psychology juga turun serta dalam proses penanganan penyintas pada heroic phase. Penanganan yang dilakukan adalah pelayanan psikologis dan bantuan logistik sumbangan para donasi dari Surabaya. Program yang dilakukan bekerja sama dengan ILS+ Surabaya dan BPBD Kabupaten Wonogiri. Dua anggota SAC yang melakukan pelayanan adalah Cindy Claudia dan Agnes Claudia yang keduanya merupakan angkatan 2015. Lokasi yang dipilih berada di Desa Dlepih Kecamatan Tirtomoyo dengan pertimbangan banyaknya jumlah pengungsi (1.142 jiwa) dan lokasi terparah bencana.
Pada fase pasca bencana yaitu heroic phase ditandai dengan adanya bantuan yang datang terhadap penyintas bencana. Mulai dari bantuan penataan pengungsian, medis, logistik, dan termasuk bantuan psikologis. Bantuan psikologis tidak selalu bersifat penanganan trauma karena tidak selalu penyintas bencana mengalami trauma.
Bentuk penanganan psikologis yang umumnya diberikan pada awal heroic phase adalah aktivitas rekreasional. Beberapa aktivitas rekreasional yang telah dilakukan antara lain bermain peran, menyanyi, menggambar, mendongeng, aktivitas-aktivitas bergerak ringan dan sejenisnya. Aktivitas rekreasional tersebut diberikan kepada semua tahapan usia penyintas mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, dan lansia
Aktivitas rekreasional ini dapat digunakan sebagai sarana pengisi waktu luang yang menyenangkan saat berada di pengungsian. Dengan adanya aktivitas pengisi waktu luang dapat mencegah kebosanan. Kebosanan jangka panjang di pengungsian dapat membuat suasana emosi negatif, pikiran menjadi fokus pada kejadian bencana yang baru saja terjadi, serta merasa tidak berguna. Dengan aktivitas rekreasional masalah-masalah psikologis yang berpotensi terjadi saat di pengungsian dapat dicegah.
Namun aktivitas rekreasional tidak hanya bermanfaat mengisi waktu mencegah kebosanan. Aktivitas rekreasional juga dapat menjadi sarana identifikasi awal penyintas bencana yang mengalami trauma bencana. Apabila indikasi tersebut ditemui, maka perlu ditindaklanjuti dengan pendampingan psikologis yang sesuai.
Aktivitas rekreasional bukan layanan psikologi profesional. Siapapun dapat melakukannya dengan bekal kemampuan dan kemauan. Kemampuan melakukan getting in, getting along, dan getting out. Kemampuan melakukan aktivitas rekreasional yang menyesuaikan dengan kondisi penyintas bencana meliputi usia, jenis kelamin, budaya, pendidikan, serta sosial ekonomi. Kemauan untuk turun lapangan ke lokasi bencana serta berinteraksi secara humanis dengan para penyintas.
Peran ilmu psikologi penting dalam konteks bencana dalam pengurangan risiko bencana. Tidak hanya sekadar teori yang dipelajari, tetapi juga dipraktekkan dalam semua fase bencana. Hal itulah yang mendasari SAC Fakultas Psikologi Ubaya terus melakukan program penanganan bencana berbasis psikologi sesuai kemampuan.

Listyo Yuwanto

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts