Ketika Siswa SD Simulasi Tanggap Bencana : Gempa Bumi Datang, Berlindung di Bawah Tas Sekolah

09.59

Siswa SDN Sajen 2, Kec. Pacet berlari menuju titik kumpul ketika mengikuti simulasi bencana.(Rizal Amrulloh/Radar Mojokerto
MOJOKERTO - Di hari petama masuk sekolah, SDN 2 Sajen, Kecamatan Pacet langsung melakukan simulasi musibah gempa bumi. Ratusan anak-anak pun lari menyelamatkan diri dan mencari tempat aman. Seperti apa simulasinya?
Bunyi sirine tanda bencana alam terdengar di SDN Sajen 2, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto. Ratusan siswa semula berada di dalam kelas pun berhamburan keluar. Secara bergerombol, mereka berlari dengan menunduk dan menaruh tas di atas kepala sebagai pelindung. Tak lama kemudian, semua siswa berhasil selamat dan berkumpul di lokasi evakuasi sebagai tempat aman.
Kegiatan itu merupakan simulasi psychological first aid for disaster atau tanggap bencana yang digelar sekolah dengan menggandeng kelompok mahasiswa dari Fakultas Psikologi Universitas Surabaya (Ubaya). Di mana, agenda tersebut dilakukan untuk mengisi masa Pengenalan Lingkunan Sekolah (PLS) peserta didik baru di hari pertama masuk sekolah, Senin (17/7).
Dosen psikologi Ubaya sekaligus penanggungjawab desa tangguh bencana, Listyo Yuwanto memaparkan, Kabupaten Mojokerto merupakan wilayah kedua di Jawa Timur yang mendapat prioritas terjadinya bencana alam. Oleh sebab itu, agar lebih siap dan tanggap menghadapi bencana, kelompoknya memberikan edukasi kepada siswa SDN 2 Sajen. ”Kita kenalkan tanggap bencana sejak dini agar anak-anak siap apabila terjadi bencana,” ungkapnya.
Tentunya, pemberian materi serta praktik simulasi disesuaikan dengan usia peserta didik. Menurut Listyo, pemberian materi dikemas dalam konsep yang mudah dipahami oleh para anak-anak. Sebelum melakukan simulasi, siswa dikenalkan dengan tanda atau rambu-rambu yang berhubungan dengan kedaruratan. Dia menyebutkan, rambu tersebut adalah rambu jalur evakuasi, rambu titik kumpul yang aman, serta pengenalan sirine tanda bahaya. ”Semua rambu nanti kita pasang di sekolah, sehingga siswa langsung tahu apa yang harus dilakukan ketika bencana datang,” ulasnya.
Listyo menjelaskan, penyampaian materi tentang kebencanaan juga tidak disampaikan dengan cara formal, melainkan menggunakan metode bersifat hiburan. ”Materi kita sampaikan dengan melakukan permainan dan bernyanyi,” ujarnya. Secara keseluruhan, siswa dikenalkan dengan berbagai macam bencana.
Namun, khusus di SDN Sajen 2, hanya difokuskan pada empat macam bencana yang berpotensi terjadi. Yakni, gempa bumi, longsor, banjir, dan puting beliung. Tak hanya itu, anak-anak juga dijelaskan tentang penyebab terjadinya bencana alam. Menurutnya, bencana bisa disebabkan dua faktor, yakni karena kondisi alam dan bencana yang disebabkan ulah tangan manusia. ”Misal, bencana longsor disebabkan gundulnya hutan. Nah, kita tanamkan kepada anak-anak agar menanam pohon supaya terhindar dari bencana,” urainya.
Terakhir, dari hasil pengenalan rambu dan materi tersebut, secara bersama-sama siswa melakukan simulasi untuk mengukur kesiapannya. Situasi dan kondisinya pun diseting seperti bencana sesungguhnya. Mulai dari melewati jalur evakuasi, mencari tempat titik kumpul yang aman ketika terdengar bunyi sirine tanda terjadi bencana.
Selain untuk keselamatan diri, tak kalah pentingnya dalam kegiatan tanggap bencana ini untuk menghindari trauma, khususnya pada usia anak. Oleh sebab itu, pengenalan tanggap bencana ini sengaja menyasar siswa SD yang cenderung memiliki psikologis mudah mengalami trauma ketika tertimpa suatu bencana.
”Biasanya, untuk pemulihan trauma pasca bencana harus menunggu datangnya bantuan. Dengan psikologi bencana ini, mereka bisa melakukan secara mandiri. Sehingga pemulihan mental bisa lebih cepat,” pungkas dia.
(mj/ram/ris/JPR)
Sumber: http://www.jawapos.com/radarmojokerto/read/2017/07/18/1827/gempa-bumi-datang-berlindung-di-bawah-tas-sekolah

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts