Refleksi Program Pembelajaran Psikologi Bencana Di Kelud

08.51



Oleh:
Listyo Yuwanto
Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

Erupsi Gunung Kelud yang terjadi pada tanggal 13 Februari 2014 memberikan dampak bagi masyarakat yang tinggal di sekitar gunung Kelud, baik dampak ekonomi, fisiologis, dan psikologis. Mengacu pada kondisi tersebut maka Statistic Assistance Center (SAC) Fakultas Psikologi Universitas Surabaya melaksanakan program Psikologi Bencana bagi masyarakat yang terkena dampak erupsi Gunung Kelud. Tujuan utamanya adalah melakukan program pengabdian masyarakat sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama yang mengalami kesulitan hidup. Serta bertujuan untuk mengaplikasikan ilmu psikologi dalam menangani korban bencana. Seperti pada artikel sebelumnya yang berjudul Lahan Pembelajaran Mahasiswa di Lokasi Bencana Kelud, maka program Psikologi Bencana menjadikan lokasi bencana Kelud sebagai kancah pembelajaran di luar kelas (learning beyond the classroom). Program ini dilaksanakan mulai tanggal 14 Februari 2014 hingga tanggal 5 April 2014. Tercatat 12 mahasiswa Fakultas Psikologi yang berasal dari angkatan 2008, 2009, 2010, 2011, dan 2013 berpartisipasi secara suka rela dalam program ini. Terdapat beberapa refleksi yang dapat diperoleh selama penerapan program psikologi bencana di Kelud.

Program Psikologi Bencana di Kelud terdiri atas program identifikasi kebutuhan masyarakat yang terdampak erupsi Gunung Kelud pada masa tanggap darurat bencana disertai dengan bantuan logistik. Bantuan logistik ini dikumpulkan mahasiswa dari berbagai pihak dan didistribusikan secara langsung di lokasi bencana. Pada masa tanggap darurat bencana, mahasiswa tidak hanya melakukan proses pemberian bantuan, namun juga mendapatkan pembelajaran mengenai manajemen barak ataupun posko pengungsian. Pembelajaran tersebut didapatkan dari beberapa lembaga kemanusian nasional. Pembelajaran ini tidak sekadar teori, namun mahasiswa menyaksikan dan menerapkan secara langsung di lapangan dengan pendampingan ahlinya. Apabila ditinjau dari nilai ekonomi, pembelajaran tersebut bersifat gratis. Merupakan keuntungan bagi mahasiswa karena apabila mengundang suatu lembaga kemanusiaan nasional untuk memberikan kuliah tamu, maka akan mengeluarkan biaya yang cukup besar. Di Fakultas Psikologi Ubaya juga belum pernah memberikan materi tentang manajemen barak. Mahasiswa juga dapat menyaksikan sendiri bagaimana karya-karya teknologi dari berbagai universitas lain yang selama ini berupa prototype digunakan atau diaplikasikan dalam kondisi bencana di Kelud. Hal ini mendorong mahasiswa Fakultas Psikologi untuk berkreasi dalam penanganan psikologis korban erupsi Kelud sesuai dengan bidang ilmu Psikologi.

Kemauan mahasiswa untuk peduli terhadap korban erupsi Kelud perlu mendapatkan apresiasi. Lokasi bencana merupakan area yang berbahaya. Namun kondisi ini tidak menghalangi mahasiswa berkarya di lokasi bencana. Beberapa mahasiswa yang masih menikmati libur semester ketika bencana terjadi, mengorbankan liburnya untuk berangkat ke Kelud dengan menggunakan biaya sendiri. Bahkan ketika kesibukan perkuliahan mulai dirasakan, mereka masih bersedia meluangkan hari Jumat, Sabtu, dan Minggu untuk melakukan penanganan psikologis di Kelud. Ketika turun di lapangan, kelompok mahasiswa ini juga belajar melakukan sinergi dan kooperasi dengan kelompok mahasiswa Fakultas Psikologi Ubaya dan dengan berbagai pihak yang berkepentingan dengan program penanganan bencana.

Banyak pembelajaran yang diperoleh mahasiswa di lokasi bencana, misalnya basic human valuesyang dimiliki korban bencana alam. Mahasiswa dapat membandingkan dengan basic human valuesyang dimiliki pengungsi Merapi. Sekadar catatan beberapa mahasiswa yang berpartisipasi pada program Kelud, pernah terlibat dalam penanganan psikologis pengungsi Merapi. Terdapat kesamaan antara basic human values antara korban erupsi Gunung Kelud dan pengunsi Merapi. Hal ini menunjukkan adanya sifat universal basic human values. Pembelajaran yang lain pernah diulas pada artikel sebelumnya yaitu belajar tentang syukur, belajar tentang jejaring, dan kepedulian terhadap sesama.

Program psikologi bencana di Kelud, ditutup dengan kegiatan penanganan psikologis bagi lansia. Hal ini sesuai dengan target sasaran program, yaitu penanganan logistik, fisiologis, dan psikologis bagi anak-anak, remaja, dewasa, dan lansia. Untuk anak-anak, remaja, dewasa telah dilakukan sebelumnya. Terdapat refleksi yang penting ketika penanganan lansia yaitu penguasaan bahasa yang sesuai dengan masyarakat yang ditangani. Penanganan psikologis lansia tetap mengacu pada karakteristik lansia, sehingga bentuk leisure activity, relaksasi, dan gratitude activityyang diberikan juga sesuai dengan kondisi lansia. Namun kekhasan lansia desa, yaitu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Jawa halus (Krama Inggil) cukup merepotkan mahasiswa dalam menerapkan program. Kesulitan ini sudah diprediksi sebelumnya, sehingga dalam kegiatan terdapat dosen dan mahasiswa yang dapat berbahasa Jawa Krama Inggil berperan sebagai penerjemah untuk membantu kelancaran program.

Demikian refleksi yang dapat penulis rangkumkan dari program pembelajaran psikologi bencana di Kelud. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca tentang kepedulian terhadap korban bencana baik bencana sosial dan alam. Terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah mendukung program psikologi bencana bagi masyarakat yang terdampak erupsi Gunung Kelud.


Sumber: http://www.ubaya.ac.id/2014/content/articles_detail/119/Refleksi-Program-Pembelajaran-Psikologi-Bencana-Di-Kelud.html

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts